Sabtu, 09 Juli 2011

Teori Psikologi Individual Adler Teori Psikologi Individual Adler


Teori Psikologi Individual Adler

iBerbeda secara tajam dengan pandangan Freud bahwa tingkah laku manusia di dorong oleh insting- insting yang di bawa sejak lahir dengan aksioma pokok. Adler berpendapat bahwa manusia pertama-tama dimotivasikan oleh dorongan-dorongan sosial. Dorongan sosial adalah sesuatu yang dibawa sejak lahir, meskipun tipe-tipe khusus berhubungan dengan orang dan pranata-pranata sosial yang berkembang di tentukan oleh corak masyarakat tempat orang itu dilahirkan.
Ciri- Ciri teori Adler:
1. Adler menekankan minat sosial.
2. Konsep Adler mengenai konsep diri yang kreatif.
3. Tekanannya pada keunikan kepribadian.
Isi segi pandangan Adler adalah sebagai berikut:
1. Finalisme Fiktif. Manusia hidup dengan banyak cita- cita yang semata- mata bersifat fiktif, yang tidak ada padanannya dalam kenyataan. Adler menemukan ide bahwa manusia lebih dimotivasikan oleh harapan- harapannya tentang masa depan dari pada pengalaman- pengalaman masa lampaunya. Adler tidak percaya pada nasib maupun takdir, bentuk perjuangan cita- cita yang mempengaruhi tingkah laku sekarang.
2. Perjuangan Ke Arah Superioritas. Adler menggantikan “ hasrat akan kekuasaan” dengan “perjuangan ke arah superioritas”. Ada 3 tahap dalam pemikiran Adler tentang tujuan final manusia, yakni: menjadi agresif, menjadi berkuasa, dan menjadi superior. Superior yang dimaksudkan Adler adalah sesuatu yang sangat mirip dengan konsep Jung tentang diri atau konsep aktualisasi diri dari Goldstein. Superior adalah perjuangan menuju ke arah kesempurnaan. Dari lahir sampai mati , perjuangan ke arah superioritas itu membawa sang pribadi ke satu tahap perkembangan ke perkembangan berikutnya yang lebih tinggi. Misalnya orang yang neurotik, memperjuangkan harga diri dan kekuasaan dengan kata lain menonjolkan egoistik , sedangkan orang normal memperjuangkan tujuan yang terutama bersifat sosial.
3. Perasaan Inferioritas dan Kompensasi. Perasaan inferior yakni perasaan yang muncul akibat kekurngan psikologis atau sosial yang dirasakan secara subjektif maupun perasaan yang muncul dari kelemahan atau cacat tubuh nyata. Selanjutnya Adler mengamati orang yang mempunyai organ cacat sering kali berusaha mengkompensasikan kelemahan itu dengan jalan memperkuatnya denga latihan intensif. Adler menyatakan bahwa perasaan inferioritas bukan suatu pertanda abnormalitas, melaikan bentuk penyempurnaan dalam kehidupan manusia.
4. Minat Kemasyarakatan. Menurut arti yang terdalam, minat sosial berupa individu membantu masyarakat mencapai tujuan terciptanya masyarakat yang sempurna. Minat sosial merupakan kompensasi sejati dan tak dapat dielakkan bagi semua kelemahan alamiah manusia. Adler yakin bahwa minat sosial adalah bawaan, manusia adalah makhluk sosial menurut kodratnya, bukan karena kebiasaan belaka.. Kecenderungan yang di bawa sejak lahir tidak bisa muncul secara spontan, tetapi harus ditumbuhkan lewat bimbingan dan latihan. Manusia dimotivasikan oleh minat sosial bawaan yang menyebabkan dia menempatkan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi.
5. Gaya Hidup. Inilah slogan dari kepribadian Adler. Gaya hidup adalah prinsisp sistem dengan mana kepribadian individual berfungsi. Itulah prinsip yang menjelaskan keunikan seseorang. Gaya hidup terbentuk sangat dini pada masa anak- anak pada usia 4 atau 5 tahun, sejak itu pengalaman- pengalaman diasimilasikan dan digunakan sesuai gaya hidup yang unik. Gaya hidup sebagian besar ditentukan oleh inferioritas khusus, entah kayalan atau nyata yang dimiliki seseorang. Gaya hidup merupakan kompensasi dari suati inferioritas khusus. Apabila anak memiliki kelemahan fisik maka gaya hidup akan berwujud melakukan hal agar fisik kuat.
6. Diri Kreatif. Konsep ini merupakan puncak prestasi Adler sebagai teroritikus kepribadian. Diri kreatif merupakan jembatan antara stimulus- stimulus yang menerpa seseorang dan respon- respon yang diberikan orang yang bersangkutan terhadap stimulus itu. Pada hakikatnya , doktrin tentang diri kreatif itu menyatakan bahwa manusia membentuk kepribadiannya sendiri. Manusia membagun kepribadiannya dari bahan mentah hereditas dan pengalaman.
7. Penelitian Khas dan Metode Penelitian. Observasi empiris Adler dilakukan di likunga terapeutik, dan paling banyak berupa rekonstruksi tentang masa lampau sebagai mana diingat oleh pasien dan penilaian- penialaian atas tingkah laku sekarang berdasarkan laporan- lapora verbal.
8. Urutan Kelahiran dan Kepribadian. Sejalan dengan perhatiannya terhadap penentu sosial kepribadian, Adler mengamati bahwa kepribadian anak sulung , anak tengah dan anak bungsu dalam satu keluarga akan berlainan. Anak pertama mendapat banyak perhatian sampai anak kedua lahir, kemudian dia harus diturunkan dari posisi yang menyenangkan itu , harus membagi kasih sayang orang tua dengan bayi yang baru lahir.hal ini menyebabkan anak sulung bertingkah laku macam-macam, seperti membenci orang lain dan merasa tidak aman.Apabila orang tua bijal anak sulung akan menjadi anak yang bersifat melindungi dan bertangguang jawab.
Ciri anak kedua/ tengah adalah ambisius. Ia cenderung memberontak atau iri, tetapi pada umumnya ia dapat menyesuaikan diri dengan lebih baik di banding kakak atau adiknya.
Anak bungsu adalah anak yang dimanjakan , kemungkinan besar dia menjadi anak yang mengandung masalah dan menjadi orang dewasa yang neurotikyang tidak mampu menyesuaikan diri.
9. Ingatan-Ingatan Awal. Ingatan paling awal yang dapat dilaporkan seseorang merupakan kunci penting untuk memahami gaya hidup dasarnya. Misalnya, ingatan seorang pemuda yang dirawat karena menderita kecemasan berat, ia mengenang kembali suatu peristiwa di masa lampau sebagai berikut: “Ketika saya berusia kira-kira 4 tahun, saya duduk di jendela dan meperhatikan sejumlah pekerja membangun sebuah rumah di seberang jalan, sementara ibuku merajut kaos kaki.” Ingatan itu menunjukkan bahwa ketika masih kecil ia dimanjakan, dan fakta bahwa ia suka memperhatikan orang lain menunjukkan gaya hidupnya adalah seorang penonton, bukan partisipan. Ingatan-ingatan awal kini digunakan sebagai teknik proyektif.
10. Pengalaman Masa Kanak-Kanak. Ada tiga faktor penting jenis-jenis pengaruh awal yang mengakibatkan anak mudah tergelincir ke dalam gaya hidup yang salah, yaitu :
a. Anak-anak yang memiliki inferioritas-Inferioritas. Anak-anak yang memiliki kelemahan fisik atau jiwa menanggung beban berat dan mungkin merasa kurang mampu menghadapi tugas-tugas kehidupan. Mereka seringkali menganggap dirinya sebagai orang-orang yang gagal. Banyak orang terkemuka mulai hidup dengan menderita suatu kelemahan organik yang kemudian dikompensasikan.
b. Anak-anak yang dimanjakan. Anak-anak yang dimanjakan tidak mengembangkan perasaan sosial. Mereka menjadi orang lalim yang mengharapkan masyarakat menyesuaikan diri dengan keinginan-keinginan yang berpusat pada diri mereka sendiri.
c. Anak-anak terlantar. Anak-anak yang diperlakukan secara buruk pada masa kanak-kanak aakan menjadi musuh masyarakat ketika mereka menjadi dewasa. Gaya hidup mereka dikuasai oleh kebutuhan untuk balas dendam. Ketiga keadaan ini – kelemahan organik, pemanjaan, dan penolakan – menimbulkan konsepsi-konsepsi yang salah tentang dunia dan mengakibatkan suatu gaya hidup yang patologis.
Sumber Referensi:
Alwisol. 2009. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.
S. Hall., Calvin dan Gardner Lindzey, Supratiknya A. (Ed.). 1995. Psikologi Kepribadian 1: Teori-teori Psikodinamik (Klinis). Yogyakarta: Kanisius

1 komentar: